Kamis, 12 Agustus 2010

Politik Kelas

Baru-baru ini, salah satu jurnal kiri tertua di AS, Monthly Review, edisi Juli-Agustus 2006, menampilkan edisi khusus mengenai “Aspects of Class in the U.S.”

Beberapa tema menyangkut soal kelas di AS, dibahas di sini. Misalnya, artikel dari William K. Tabb, “The Power of Rich;” artikel Michael Perelman, “Some Economic of Class;” atau dari David Roediger, “Undocumented Workers & the U.S. Informal Economy.”

Pengantar dari John Bellamy Foster, merupakan pembuka kata yang sangat menarik. Foster menyebutkan, di AS fenomena mengenai self reproduction sebagai karakter esensial dari kelas tampak begitu nyata. Mengutip harian the New York Times (14/11/2002), Foster menunjukkan hasil temuan Bashkar Mazumber dari Federal Reserve Bank of Chicago, dimana sekitar 65 persen keuntungan yang diperoleh orang tua kaya di AS dialihkan kepada anak-anaknya. Studi yang lebih serius mengenai soal ini, dilakukan oleh Tom Hertz, ekonom dari American University, yang berjudul “Understanding Mobility in America” (paper ini bisa Anda baca di http://www.americanprogress.org).


Membangun Jaringan Intelektual Neoliberal

Kasus Hernando de Soto

Noer Fauzi dan Kim Malone

Majalah Tempo Edisi 10 September 2006, melansir publikasi khusus untuk menyambut kedatangan Hernando de Soto, pakar pembangunan dari Peru. De Soto datang ke Indonesia pada September itu atas sponsor Bank Danamon. Laporan yang dibuat bekerjasama dengan Bank Danamon, menghabiskan enam halaman (halaman 75 – 81). Termasuk dua halaman tulisan Joyo Winoto, Kepala Badan Pertanahan Nasional.

Naskah dibuka dengan foto berwarna wajah Hernando de Soto, yang enak dipandang. Foto itu mau mencitrakan seorang pemikir kaliber dunia. Di bagian bawah gambar, tertera judul “Hernando de Soto: Gagasan Kontroversial dari Dunia Ketiga,” yang disertai kalimat yang dibuat untuk mengalasi “kehebatan” dari gagasan De Soto itu. Begini bunyinya: “Kapitalisme acap kali dituding sebagai penyebab kesengsaraan mayoritas penduduk dunia. Jurang perbedaan antara negara kaya dan miskin lebar, bahkanketimpangan antara kaum berpunya dan terpinggirkan di semua negara pun memburuk.” Halaman berikutnya dimuat suatu rubrik dengan judul “Benarkah dugaan ini?”


The Chicago Boys

Pada 3 Nopember 1970, Chile membuat sejarah dalam gerakan kiri internasional. Untuk pertama kalinya, calon presiden dari partai sosialis menjadikan instrumen pemilu sebagai jalan merebut kekuasaan dan menang. Calon itu adalah Salvador Isabelino del Sagrado Corazón de Jesús Allende Gossens atau lebih dikenal dengan nama Salvador Allende. Ia diusung oleh sebuah koalisi bernama Unidad Popular (UP) atau Persatuan Rakyat. Koalisi ini terdiri dari Partai Sosialis, Partai Komunis, Partai Radikal, MAPU (Movimiento de Accion Popular Unitario), dan pembangkang dari Partai Kristen Demokrat.

Segera setelah berkuasa, pemerintahan Allende memberlakukan serangkaian kebijakan radikal dalam bidang ekonomi: nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing, nasionalisasi perbankan, peningkatan upah buruh, alokasi anggaran yang besar pada sektor pendidikan dan kesehatan, program susu gratis bagi anak-anak, menolak pembayaran utang luar negeri, dan memberlakukan kebijakan land reform. Seluruh program ini diberi label “Chilean road to socialism.”


Sekilas Tentang Analisis Kelas dan Relevansinya

Hilmar Farid

Saya diminta untuk membicarakan soal analisis kelas. Tapi, sebelum sampai ke sana, saya akan menyambung apa yang tadi disebut George Aditjondro, bahwa jangan hanya analisis kelas, kita juga harus mengerti soal etnis, dan jender. Peringatan semacam itu disampaikan, karena orang yang menggunakan analisis kelas menganggap, dimensi kelas itu penting—kalau bukan yang paling penting—di dalam kenyataan sosial. Saya tidak termasuk jenis itu.

Bagi saya, analisis kelas, jender, etnis, dan segala macam adalah cara kita mengorganisasi pengetahuan. Kita lihat suatu masyarakat, dimensi apa yang mau kita perhatikan: bisa kelas, bisa jender, bisa apapun. Dalam kesempatan yang satu, dimensi kelas sangat menonjol dibanding dimensi yang lain, sementara dalam kesempatan lain tidak. Dengan kata lain, analisis kelas merupakan satu dari sekian banyak cara untuk melihat masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar